Selasa, 19 September 2023

BAB I. Ayat-Ayat Makkiyah dan Madaniyah dalam Al-Qur'an | Ilmu Tafsir XI Agama. Sem. 1

 

BAB I

AYAT-AYAT MAKKIYAH DAN MADANIYAH DALAM AL-QUR’AN

A.    MARI MEMAHAMI

1.      Pengertian makkiyah dan madaniah

Para ulama mengemukakan tiga perspektif dalam mendefinisikan terminologi makkiyah dan madaniah. Ketiga perspektif itu adalah; masa turun (zamān an-nuzūl), tempat turun (makān an-nuzūl), dan obyek pembicaraan (mukhāthab).

a.       Dari perspektif masa turun, mereka mendefinisikan kedua terminologi di atas sebagai berikut :

“Makkiyyah ialah ayat-ayat yang turun sebelum rasulullah hijrah ke madinah, meskipun bukan turun di mekah, dan madaniah adalah ayat-ayat yang turun sesudah Rasulullah hijrah ke madinah, meskipun bukan turun di madinah. Ayat-ayat yang turun setelah peristiwa hijrah disebut madaniah walaupun turun di mekah atau di arafah.”

Dengan demikian, QS. An-Nisa’ (4): 58 termasuk kategori madaniah meskipun diturunkan di mekah, yaitu pada peristiwa terbukanya kota mekah (fath makkah). Begitu pula, QS. Al-Maidah (5): 3 termasuk kategori madaniah meskipun tidak diturunkan di madinah karena ayat itu diturunkan pada peristiwa Haji wada’.

b.      Dari perspektif tempat turun, mereka mendefinisikan kedua terminologi di atas sebagai berikut :

“Makkiyah adalah ayat-ayat yang turun di mekah dan sekitarnya seperti mina, arafah, dan hudaibiyyah, sedangkan madaniah adalah ayat-ayat yang turun di madinah dan sekitarnya, seperti Uhud, Quba’ dan Sul’a”

Terdapat celah kelemahan dari definisi di atas, sebab terdapat ayat-ayat tertentu, yang tidak di turunkan di Makkah dan di Madinah dan sekitarnya. Misalnya QS. At-Taubah (9): 42 diturunkan di Tabuk atau QS. Az-Zukhruf (43): 45 yang diturunkan di tengah perjalanan antara Makkah dan Madinah. Kedua ayat tersebut, jika melihat definisi kedua, tidak dapat dikategorikan ke dalam makkiyyah dan madaniah.

c.       Dari objek pembicaraan, makkiyah dan madaniah didefinisikan sebagai berikut :

“Makkiyah adalah ayat-ayat yang menjadi khitab bagi orang-orang Makkah. Sedangkan madaniah adalah ayat-ayat yang menjadi khitab bagi orangorang Madinah”

Definisi diatas dirumuskan para ulama berdasarkan asumsi bahwa kebanyakan ayat al-qur’an dimulai dengan ungkapan “ya ayyuha an-nās” yang menjadi kriteria Makkiyah, dan ungkapan “ya ayyuha al-ladzīna” yang menjadi kriteria madaniah. Namun, tidak selamanya asumsi ini benar. QS. Al-Baqarah (2), misalnya, termasuk kategori madaniah, padahal di dalamnya terdapat salah satu ayat, yaitu ayat 21 dan ayat 168, yang dimulai dengan ungkapan “ya ayyuha an-nās ”. Lagi pula, banyak ayat al-quran yang tidak dimulai dengan 2 ungkapan di atas.

Jadi dapat ditarik kesimpulan bahwa Makkiyyah adalah ayat-ayat Al-Qur’an yang diturunkan kepada Rasulullah SWT sebelum hijrah ke Madinah, walaupun ayat tersebut turun di sekitar / bukan di kota Makkah, yang pembicaraannya lebih ditujukan untuk penduduk Makkah. Sedangkan madaniah adalah ayat-ayat Al-Qur’an yang diturunkan di Madinah dan sekitarnya walaupun turunnya di Makkah, dan pembicaraannya lebih ditujukan untuk penduduk Madinah.

 

2.      Karakteristik makkiyah dan madaniah

Para Ulama’ merumuskan dua pedoman dasar dalam menentukan ayat-ayat makkiyah dan madanaiyah: 1) Metode simā’i naqli (penukilan riwayat). 2. Metode qiyāsi ijtihādi (analogi persamaan).

Metode simā’i naqli didasarkan atas riwayat shahih (naqli) dari para sahabat yang hidup dan yang mempelajarinya pada saat turunnya wahyu itu. Selain itu, juga para tabi’in yang mempelajari Al-Qur’an dari para sahabat dan mendengarnya dari mereka tentang hal-ihwal turunnya wahyu itu. Kebanyakan ayat-ayat yang diturunkan di makkah dan madinah dapat diidentifkasi melalui metode ini. 

Sebagaimana kutipan Jalaluddin As-Suyuti (w.911 H/1505 M) dalam al-Itqān

“Aku mendengar Abu ‘Amr bin al-Ula’ berkata: “Aku bertanya kepada Mujahid tentang ringkasan ayat-ayat madaniah dan ayat-ayat makkiyah, Mujahid menjawab: Aku bertanya kepada Ibnu Abbas tentang hal tersebut. Ibnu Abbas pun menjawab: Surat Al-An’am itu turun di Makkah dalam sekali turun maka surat tersebut masuk kategori surat makkiyah, kecuali tiga ayat dari surat tersebut yang turun di madinah yaitu ayat hingga (قل تعالوا  أتل) tiga ayat berikutnya.”

Berdasarkan riwayat di atas semua ayat dalam QS. Al-An’am merupakan makkiyah kecuali tiga ayat, yaitu ayat 151 sampai 153 yang mana tiga ayat tersebut turun di Madinah. Penentuan surat/ayat semacam inilah yang menggunakan metode sima’i naqli karena menggunakan sumber riwayat dari sahabat sebagai dasar penentuannya. 

Metode qiyasi ijtihadi merupakan langkah lanjutan dari metode yang pertama, yaitu ketika sudah tiada lagi riwayat yang menjelaskan apakah suatu surat atau ayat termasuk makkiyah atau madaniah. Metode ini didasarkan pada penalaran (aqli) terhadap ciri-ciri khusus yang terdapat pada ayat-ayat makiyyah dan madaniah yang telah diketahui melalui riwayat yang shahih. Kemudian apabila dalam satu surat yang belum teridentifikasi jenisnya terdapat ciriciri yang sama seperti ayat madaniah maka disebut madaniah ataupun sebaliknya. 

Dari metode Qiyasi Ijtihadi inilah kemudian para ulama merumuskan kriteria-kriteria tertentu dalam menentukan makkiyah dan madaniah.

a.       Ciri-ciri surat makkiyah

1)      Mengandung ayat sajadah QS. Al-A’raf (7): 206, An-Nahl (16): 149, An-Nahl (16): 50, Al-Isra’ (17): 107, Maryam (19): 85, Al-Furqan (25) : 60, Al-Insyiqaq (84): 21, Al-’Alaq (96): 19.

2)      Terdapat lafal kalla pada sebagian besar ayatnya, QS: Al-Humazah (104):

كَلَّا لَيُنْۢبَذَنَّ فِى الْحُطَمَةِۖ

3)      Terdapat seruan ya ayyuha an-nās, QS. Yunus : 57

يٰٓاَيُّهَا النَّاسُ قَدْ جَاۤءَتْكُمْ مَّوْعِظَةٌ مِّنْ رَّبِّكُمْ وَشِفَاۤءٌ لِّمَا فِى الصُّدُوْرِۙ وَهُدًى وَّرَحْمَةٌ لِّلْمُؤْمِنِيْنَ

4)      Mengandung kisah nabi-nabi dan umat-umat yang terdahulu, kecuali  QS.AlBaqarah. Contoh: QS. Al-A’rāf : kisah Nabi Adam dengan iblis, kisah Nabi Nuh dan kaumnya, kisah Nabi Shalih dan kaumnya, kisah Nabi Syu’aib dan kaumnya, kisah Nabi Musa dan Firaun.

5)      Terdapat kisah Adam dan iblis, Contohnya dalam surat Al-A’raf : 11 yang artinya : “sesungguhnya kami telah menciptakan kamu (Adam), lalu kami bentuk tubuhmu, kemudian kami katakan kepada malaikat : bersujudlah kamu kepada Adam. Maka merekapun bersujud kecuali iblis. Dia tidak termasuk mereka yang bersujud.”

6)      Semua atau sebagian suratnya diawali huruf tahajji seperti Qaf (ق) Nun (ن), Kha Mim (  حم.)

Selain ciri-ciri diatas, surat-surat makkiyah juga bisa diidentifikasi melalui tema yang dibicarakan. Antara lain, yaitu:

1). Ajakan kepada tauhid dan beribadah hanya kepada Allah, pembuktian mengenai risalah, kebangkitan dan hari pembalasan, hari kiamat dan kedahsyatannya, neraka dan siksaannya, surga dan nikmatnya, argumentasi terhadap orang musyrik dengan menggunakan bukti-bukti rasional dan ayat-ayat kauniyah.

2). Kisah-kisah Nabi dan umat terdahulu sebagai pengingat tentang akibat orang-orang yang mendustakan ajaran Rasul sekaligus sebagai penghibur bagi Nabi Muhammad atas perlakuan buruk yang menimpa beliau.

3). Perumusan dasar-dasar hukum syariat dan akhlak mulia yang menjadi dasar terbentuknya suatu masyarakat; dan penyingkapan dosa orang musyrik dalam penumpahan darah, memakan harta anak yatim secara dzalim, penguburan hiduphidup bayi perempuan dan tradisi buruk lainnya.

4). Ayat-ayatnya pendek, surat-suratnya pendek, terdapat kalimat sumpah, nada perkataannya keras dan bersajak.

b. Ciri-ciri surat madaniah

1). Setiap surat yang berisi kewajiban atau had (sanksi pidana yang diatur dalam alQur’an dan hadis).

2). Setiap surat yang di dalamnya terdapat dialog dengan Ahli Kitab.

3). Sebagian surat-suratnya panjang-panjang, sebagian ayat-ayatnya panjang-panjang dan gaya bahasanya cukup jelas dalam menerangkan hukum-hukum agama.

Selain ciri-ciri diatas, surat-surat madaniah juga bisa diidentifikasi melalui tema yang dibicarakan. Antara lain, yaitu:

1)  Setiap surat yang berisi hukum pidana, hukum warisan, hak-hak perdata dan peraturan-peraturan yang berhubungan dengan perdata serta kemasyarakatan dan kenegaraan, termasuk madaniah.

2)  Setiap surat yang mengandung izin untuk berjihad, urusan-urusan perang, hukumhukumnya, perdamaian dan perjanjian, termasuk madaniah.

3)  Setiap surat yang menjelaskan hal-ihwal orang-orang munafik termasuk madaniah, kecual surat Al-Ankabût yang di turunkan di Makkah. Hanya sebelas ayat pertama dari surat tersebut yang termasuk madaniah dan ayat-ayat tersebut menjelaskan perihal orang-orang munafik.

4)  Menjelaskan hukum-hukum ‘amaliyyah dalam masalah ‘ubudiyyah dan mu’āmalah, seperti shalat, zakat, puasa, haji, qisas, talak, jual beli, riba, dan lainlain.

3. Klasifikasi Surat Makkiyah dan Madaniah

Manna’ Al-Qaṭṭan (w. 1999 M) dalam kitabnya berjudul Mabāhits fī Ulūm al-Qurān mengatakan bahwa surat madaniah ada 20 surat. Antara lain yaitu:

1

Al-Baqarah

11

Al-Hujurat

2

Ali-Imran

12

Al-Hadid

3

An-Nisa

13

Al-Mujadalah

4

Al-Maidah

14

Al-Hasyr

5

Al-Anfal

15

Al-Muntahanah

6

At-Taubah

16

Al-Jumu’ah

7

An-Nur

17

Al-Munafiqun

8

Al-Ahzab

18

At-Thalaq

9

Muhammad

19

At-Tahrim

10

Al-Fath

20

An-Nashr

Adapun surat-surat makkiyah berjumlah 82 surat. Sedangkan 12 surat sisanya merupakan surat-surat yang diperselisihkan, apakah masuk kategori makkiyah atau madaniah. Perselisihan ini disebabkan oleh perbedaan pandangan di kalangan ulama dalam menyikapi perbedaan riwayat tentang status surat tersebut.  Surat-surat yang diperselisihkan itu telah diuraikan oleh As-Suyuthi dalam kitabnya al-Itqān sebagai berikut :

1

Al-Fatihah

7

Al-Qadr

2

Ar-Ra’d

8

Al-Bayyinah

3

Ar-Rahman

9

Az-Zalzalah

4

As-Shaff

10

Al-Ikhlas

5

At-Taghabun

11

Al-Falaq

6

Al-Mutaffifin

12

An-Nas

            Selain 3 kategori diatas (Makkiyah, Madaniah dan yang diperselisihkan), para ulama juga menjelaskan tentang berbagai jenis turunnya ayat serta kondisi ketika ayat tersebut diturunkan.  

1.      Ayat-ayat makkiyah dalam surat-surat madaniah.

2.      Ayat-ayat madaniah dalam surat-surat makkiyah.

3.      Yang diturunkan di Makkah namun hukumnya madaniah.

4.      Yang diturukan di Madinah namun hukumnya makkiyah.

5.      Yang serupa diturunkan di Makkah dalam kelompok madaniah.

6.      Yang serupa diturunkan di Madinah dalam kelompok makkiyah.

7.      Yang dibawa dari Makkah ke Madinah.

8.      Yang dibawa dari Madinah ke Makkah.

9.      Yang turun di waktu malam dan di waktu siang.

10.  Yang turun di musim panas dan di musim dingin.

11.  Yang turun di waktu menetap dan perjalanan.

            Penjelasan lebih detail mengenai klasifikasi diatas bisa dirujuk pada kitab Mabahis fī ‘ulūm al-Qur’ān karya Manna’ Al-Qaṭṭan atau kitab-kitab ulūmul qur’ān yang lain. 

4.      Hikmah Mengatahui Surat makkiyah dan madaniah

a.       Manna’ Al-Qaṭṭan dalam bukunya Mabahis fī ‘ulūm al-Qur’ān menerangkan beberapa hikmah mengetahui ilmu makkiyah dan madaniah diantaranya sebagai berikut: Untuk dijadikan alat bantu dalam menafsirkan al-Qur`an, sebab pengetahuan mengenai tempat turun ayat dapat membantu memahami ayat tersebut dan menafsirkannya dengan tafsiran yang benar. Sekalipun yang menjadi pegangan adalah pengertian umum lafadz, bukan sebab yang khusus. Berdasarkan hal itu seorang mufassir dapat membedakan antara ayat yang nasikh dengan yang mansukh, bila di antara kedua ayat terdapat makna yang kontradiktif. Yang datang kemudian tentu merupakan nasikh yang tedahulu. 

b.      Meresapi gaya bahasa al-Quran dan memanfaatkannya dalam metode dakwah menuju jalan Allah Swt., sebab setiap situasi mempunyai bahasa tersendiri. Memperhatikan apa yang dikehendaki oleh situasi merupakan arti paling khusus dalam retorika. Karakteristik gaya bahasa makkiy dan madaniy dalam al-Quran pun memberikan kepada orang yang mempelajarinya sebuah metode dalam penyampaian dakwah ke jalan Allah Swt. yang sesuai dengan kejiwaan lawan berbicara dan menguasai pikiran dan perasaannya serta menguasai apa yang ada dalam dirinya dengan penuh kebijaksanaan.

c.       Mengetahui sejarah hidup Nabi melalui ayat-ayat Qur`an, sebab turunnya wahyu kepada Rasulullah SAW sejalan dengan sejarah dakwah dengan segala peristiwanya, baik dalam periode Mekah maupun Madinah. Sejak permulaan turun wahyu hingga ayat terakhir diturunkan, al-Qur`an adalah sumber pokok bagi kehidupan Rasulullah SAW.


0 comments:

Posting Komentar